Rabu, 11 Oktober 2017

Tradisi Kue Bulan di Pekanbaru Diprotes Lembaga Adat Melayu, Kenapa?

Tradisi Kue Bulan di Pekanbaru Diprotes Lembaga Adat Melayu, Kenapa?

Akhir pekan lalu, warga Pekanbaru menggelar Festival Malam Kue Bulan. Namun kemudian, festival ini diprotes Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.

Protes tersebut tertuang dalam surat resmi LAM Riau yang ditujukan kepada Gubernur Riau, Arsyadjuliandi 'Andi' Rachman pada 9 Oktober 2017. Surat itu ditujukan kepada Andi Rachman selain sebagai Gubernur Riau juga sebagai jabatan adat, Datuk Seri Setia Amanah.

LAM memprotes komentar Gubernur Riau, yang terkesan mendukung tradisi warga Tionghoa yang ada di Pekanbaru. Padahal, acara Kue Bulan ini sebenarnya juga diikuti warga muslim Tionghoa.



Dalam surat tersebut, LAM Riau akan meminta klarifikasi dari Andi Rachman yang menghadiri acara tersebut. Apa lagi Andi Rachman dianggap berstatement di acara itu akan mendukung tradisi Kue Bulan menjadi agenda wisata nasional di Riau.

Dalam surat resmi LAM Riau yang diterima detikcom, ada beberapa catatan penting terkait festival lampion di acara Zhong Qui yang diangap tidak sesuai dengan visi dan misi budaya Melayu. Ada tiga hal yang dianggap tidak sejalan yaitu:

1 Visi Riau 2020 yang menjadikan Riau sebagai pusat budaya Melayu
2 Cagon Riau The Homeland of Melayu
3 Tekad membangun Riau berbasis kebudayaan Melayu.

Dalam surat itu dijelaskan, bahwa festival lampion di acara kue bulan adalah unsur produk kebudayaan Tionghoa

"Kapitalisasi jejaring hartawan Tionghoa akan membuat apapun eskpresi budaya mereka di Indonesia akan cepat berkembang, menghimpit budaya-budaya asli Nusantara. Cukuplah bakar tongkang di Rokan Hilir yang dihidupkan di Tanah Melayu ini karena pertimbangan lain," tulis surat tersebut. 

Secara terpisah, Ketua LAM Riau, Syahril Abubakar kepada detikcom, Kamis (12/10/2017) membenarkan hal itu. "Kita akan minta klarifikasi Gubernur Riau sesuai dengan surat yang kami keluarkan," kata Syahril.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar